Tepat pada tanggal 02 Mei kita memperingati sebagai hari pendididkan. Biasanya diperingati dengan rangkaian upacara oleh seluruh praktisi pendidikan (guru). Sebenarnya apa sih tujuan dan manfaat dari hari pendidikan ini? Hanya sebatas upacarakah? Jika demikian, mengapa sampai saat ini negri ini masih berkutat dalam “masalah filosofis pendidikan”.
Jika pendidikan yang digagas ini mencerdaskan, tetapi kenyataannya malah berbalik seratus delapan puluh derajat. Jika dengan belajar membuat seseorang menjadi cerdas, lalu kenapa kita tidak cerdas-cerdas. Pendidikan model apa yang dibutuhkan sebenarnya? Jika pendidikan di sekolah hanya mengajarkan intelektualitas semata lalu dimana pendidikan moral diajarkan?
Pendidikan karakter adalah jawabannya. Tetapi pendidikan karakter yang seperti apa? Karakter apakah yang sebetulnya dimaksudkan? Pelajaran aqidah akhlaq seharusnya sudah cukup. Hanya saja dari segi materinya harus diperbaharui, supaya lebih kontekstual. Jadi aqidahnya dapat dan begitu juga dengan akhlaqnya.
Masalah Kurikulum
Permasalahan yang saat ini menjadi perdebatan adalah kurikulum. Seberapa pentingkah kurikulum? Apakah kurikulum menentukan kecerdasan peserta didik? Bukankah itu hanya sebatas cara atau metode untuk guru dalam pencapaian hasil belajar secara tertulis dan itu hanya sebatas intelektualitas. Jika gurunya cerdas, saya kira tidak butuh akan kurikulum.
Permasalahan yang saat ini menjadi perdebatan adalah kurikulum. Seberapa pentingkah kurikulum? Apakah kurikulum menentukan kecerdasan peserta didik? Bukankah itu hanya sebatas cara atau metode untuk guru dalam pencapaian hasil belajar secara tertulis dan itu hanya sebatas intelektualitas. Jika gurunya cerdas, saya kira tidak butuh akan kurikulum.
Apakah kurikulum 2013 yang saat ini digembor-gemborkan itu memiliki nilai yang lebih? Misalnya saja lebih menegdepankan sisi psikomotor dan apeksi peserta didik. Saya kira sama saja, dan tidak jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya, dalama artian hanya sebatas itu. Pendidikan karakter yang dimaksudkan hanya sebatas itu; masih ambigu.
Otaknya cerdas, tetapi prilakunya tidak cerdas sama saja bohong. Ini tugas siapa? Tugas sekolah atau bukan?.. jika sekolah mampu menciptakan seseorang menjadi cerdas, seharusnya mampu juga menjadian peserta didiknya linear dengan kecerdasaanya. Otaknya cerdas, akhlaqnya juga cerdas. Kurikulim yang seperti ini seharunya ada.
Fenomena korupsi merupakan salah satu contoh yang begitu tampak jelas di hadapan kita. Orang-orang yang berdasi dan duduk sebagai wakil rakyat tentu secara intelektualitas mereka cerdas, tetapi apakah prilaku mereka juag cerdas?? Jawabannya sudah pasti tidak! Tugas pendidikan seharunya tidak sebatas mendidik dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi harus lebih.
Dunia pendidikan sering menjadi bulan-bulanan permasalahan. Ketika ada seseorang yang melakukan kesalahan tentu akan berimbas kepada asal pendidikannya. Padahal apakah itu ada korelasinya? Padahal pendidikan lingkunganlah yang mencetak dan menjadikannya seperti itu. Pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat atau lingkungan harus memiliki peran yang sama, tugas yang sama. Sehingga prilakunya akan terbentuk dengan baik. Jika ada cacat dari salah satunya maka bisa jadi akan memberikan pengaruh. []
Tidak ada komentar: