Tujuan menyembelih hewan pada bulan Dzulhijah, ialah menyembelih sifat kehewaniahan yang terdapat pada diri manusia. Inilah makna mazaji dari ibadah yang satu ini. Tetapi tak hanya itu, tujuan menyembelih hewan juga merupakan bentuk ketaatan/kepatuhan manusia kepada sang khaliq atas apa yang sudah diperintahkan dalam al-Qur’an.
Lalu bagaimana bagi yang tidak mampu untuk menyembelih? Salah satu khotib jum’at beliau menyampaikan bahwa dibolehkan berhutang kepada siapa saja yang tidak mampu untuk berqurban. Tetapi jangan khawatir, saat ini ada yang namanya arisan qurban dan ini merupakan cara alternatif yang diperbolehkan oleh agama. Jika dirasa berhutang itu sangat berat.
Saat ini tidak ada yang sulit jika kita punya kemauan dan kerja keras. Tetapi jika betuli-betul miskin dan tidak punya, maka tidak diwajibkan. Toh perintah ini diwajibkan bagi mereka yang mampu dan berkecukupan. Bagi yang tidak mampu silakan ‘iri’ dengan mereka dapat melaksanakan berqurban. Tetapi iri yang dimaksudkan di sini ialah iri yang positif dan berorientasi kepada kebaikan.
Dengan merasa iri yang baik, dan berkeinginan kuat akhinya ia berniat untuk bisa berqurban tahun depan, dan mulai hari ini ia berjanji yntuk giat dan menabung supaya bisa berqurban. Sikap inilah yang harus kita tiru, bukan malah sebaliknya; yaitu timbul sikap iri yang pasif. Iri yang hanya bisa mengumpat dan menjelek-jelekan kebaikan orang lain, padahal dirinya belum tetntu bisa melakukannya. Hati-hati dengan sifat ini, jangan sampai dipelihara.
Berqurban Perasaaan
Ketika menyaksikan orang lain bisa berkurban, sedengakan kita tidak tentu secara emosi kita merasa terbebani. Beban perasaan lebih tepatnya. berarti secara tidak langsung perasaan kita telah ikut berqurban. Bisa jadi inilah berqurban yang sesungguhnya, makna pengorbanan yang sesunguhnya adalah seperti ini. Disaat orang lain merasa mampu melakukan kebaikan, tetapi kita belum bisa, dan lain sebagainya. Yuk mari berdoa kepada Allah supaya diberikan kesempatan berkurban tahun depan.
Tidak usah khawatir dengan tidak bisa berkurban tahun ini disebabkan tidak punya uang yang cukup. Yakinlah kelak Allah akan cukupkan, dan waktunya berkurbanpun tiba. Asal kuncinya mau dan tetap berusaha untuk merealisasikanya. Ungkapan ini terkesan keluar dari orang-orang yang pesimis dan hanya untuk berapologi semata, tetapi bagi orang yang betul-betul percaya dengan kemahakuasaan allah, baginya taka da yang tak mungkin.
Boleh jadi, berkurban perasaan jauh lebih berat ketimbang berkurban dengan harta. Tak sedikit orang yang rela mengelurkan uangnya hanya untuk memperoleh ketenangan, rasa puas dan sebagainya. Tujan mereka hanya satu, yaitu ingin memuaskan perasaan yang mereka rasakan. Bisa jadi orang yang hartanya berlimpah-ruah, tetapi perasaan mereka tidak tenang.
Bahkan sebaliknya, banyak orang yang sederhana tetapi perasaan mereka tentram, tenang dan damai. Meski semuanya serba kekurangan, mereka mampu hidup dengan penuh kebahagiaan, semua kekurangan tersebut bagi mereka hanyalah perhiasan kehidupan yang hanya sesaat saja. Toh kehidupan yang sesungguhnya bukan disini, jadi tak perlu risau dan khawatir.
Orientasi Akhirat
Apapun permasalahannya, jika dikembalikan kepada sebuah hakikat tentu semuanya jadi beres. Begitu pun dengan permasalahan yang saat ini kita hadapi, tersenyum lah dan biarkan semuanya mengalir apa adanya. Masalah itu penting dan dengan masalah itu kita akan belajar akan sebuah arti kehidupan.
Semua permasalahan sejatinya adalah kenikmatan, hanya saja rasanya pahit. Seperti kita minum jamu, rasanya pahit dan cenderung tidak enak. Tetapi dibalik rasa pahit itu ternyata ada nikmat yang tiada tara. Badan menjadi sehat, kuat dan bugar. Jika kita bandingan dengan orang yang meminum anggur, rasanya manis dan wangi. Tetapi dibalik rasa manis itu justru kerusakan lah yang timbul. Pikiran tidak fokus, menjadi mabuk dan jika sudah mabuk apapun bisa saja terjadi.
Orang yang cerdas ialah orang yang berpikir jauh kedepan. Orang yang cerdas dapat dilihat dari caranya mengambil sebuah keputusan, berorientasi pendek atau jangka panjang. Sebab sesuatu yang sifatnya pendek itu tentu memiliki kemanfaatan yang singkat tetapi sebaliknya jika orientasinya jauh ke depan maka nilai kemanfaatannya lebih lama juga.
Penutup
Berqurban pada hakikatnya mudah dan sederhana. Tetapi dibalik kesederhanaan dan kemudahan tersebut ada sebuah nilai yang memiliki makna yang cukup dalam. Berkurban merupakan sebuah ibadah yang memiliki keterkaitan antara ibadah yang sebelumnya. Masih ingat dengan bulan Rajab, Syaban, Ramadhan, Syawal dan Dzul Qo’dah. Kelima bulan ini berkaitan erat dengan bulan Dzulhijah.
Isi dari keenam bulan ini bermakna sebuah penyucian, pengorbanan, penghapusan sifat-sifat hewaniyah yang terdapat dalam tubuh manusia. Dengan adanya bulan ini manusia ‘dipaksa’ untuk bisa keluar dari sifat-sifat yang buruk dan berubah menjadi manusia yang seutuhnya.
Untuk itulah pengorbanan ‘kemanusiaan’ yang sesungguhnya telah diuji. Jika ia mengaku benar sebagai manusia maka akan sadar diri, bahwa selama ini dirinya telah menjadi seekor hewan yang hanya memikirkan perut dan dibawah perut. Orientasinya hanya untuk dunia semata, bukan untuk kehidupan akhirat yang lebih abadi. Allahu’alam []
Lalu bagaimana bagi yang tidak mampu untuk menyembelih? Salah satu khotib jum’at beliau menyampaikan bahwa dibolehkan berhutang kepada siapa saja yang tidak mampu untuk berqurban. Tetapi jangan khawatir, saat ini ada yang namanya arisan qurban dan ini merupakan cara alternatif yang diperbolehkan oleh agama. Jika dirasa berhutang itu sangat berat.
Saat ini tidak ada yang sulit jika kita punya kemauan dan kerja keras. Tetapi jika betuli-betul miskin dan tidak punya, maka tidak diwajibkan. Toh perintah ini diwajibkan bagi mereka yang mampu dan berkecukupan. Bagi yang tidak mampu silakan ‘iri’ dengan mereka dapat melaksanakan berqurban. Tetapi iri yang dimaksudkan di sini ialah iri yang positif dan berorientasi kepada kebaikan.
Dengan merasa iri yang baik, dan berkeinginan kuat akhinya ia berniat untuk bisa berqurban tahun depan, dan mulai hari ini ia berjanji yntuk giat dan menabung supaya bisa berqurban. Sikap inilah yang harus kita tiru, bukan malah sebaliknya; yaitu timbul sikap iri yang pasif. Iri yang hanya bisa mengumpat dan menjelek-jelekan kebaikan orang lain, padahal dirinya belum tetntu bisa melakukannya. Hati-hati dengan sifat ini, jangan sampai dipelihara.
Berqurban Perasaaan
Ketika menyaksikan orang lain bisa berkurban, sedengakan kita tidak tentu secara emosi kita merasa terbebani. Beban perasaan lebih tepatnya. berarti secara tidak langsung perasaan kita telah ikut berqurban. Bisa jadi inilah berqurban yang sesungguhnya, makna pengorbanan yang sesunguhnya adalah seperti ini. Disaat orang lain merasa mampu melakukan kebaikan, tetapi kita belum bisa, dan lain sebagainya. Yuk mari berdoa kepada Allah supaya diberikan kesempatan berkurban tahun depan.
Tidak usah khawatir dengan tidak bisa berkurban tahun ini disebabkan tidak punya uang yang cukup. Yakinlah kelak Allah akan cukupkan, dan waktunya berkurbanpun tiba. Asal kuncinya mau dan tetap berusaha untuk merealisasikanya. Ungkapan ini terkesan keluar dari orang-orang yang pesimis dan hanya untuk berapologi semata, tetapi bagi orang yang betul-betul percaya dengan kemahakuasaan allah, baginya taka da yang tak mungkin.
Boleh jadi, berkurban perasaan jauh lebih berat ketimbang berkurban dengan harta. Tak sedikit orang yang rela mengelurkan uangnya hanya untuk memperoleh ketenangan, rasa puas dan sebagainya. Tujan mereka hanya satu, yaitu ingin memuaskan perasaan yang mereka rasakan. Bisa jadi orang yang hartanya berlimpah-ruah, tetapi perasaan mereka tidak tenang.
Bahkan sebaliknya, banyak orang yang sederhana tetapi perasaan mereka tentram, tenang dan damai. Meski semuanya serba kekurangan, mereka mampu hidup dengan penuh kebahagiaan, semua kekurangan tersebut bagi mereka hanyalah perhiasan kehidupan yang hanya sesaat saja. Toh kehidupan yang sesungguhnya bukan disini, jadi tak perlu risau dan khawatir.
Orientasi Akhirat
Apapun permasalahannya, jika dikembalikan kepada sebuah hakikat tentu semuanya jadi beres. Begitu pun dengan permasalahan yang saat ini kita hadapi, tersenyum lah dan biarkan semuanya mengalir apa adanya. Masalah itu penting dan dengan masalah itu kita akan belajar akan sebuah arti kehidupan.
Semua permasalahan sejatinya adalah kenikmatan, hanya saja rasanya pahit. Seperti kita minum jamu, rasanya pahit dan cenderung tidak enak. Tetapi dibalik rasa pahit itu ternyata ada nikmat yang tiada tara. Badan menjadi sehat, kuat dan bugar. Jika kita bandingan dengan orang yang meminum anggur, rasanya manis dan wangi. Tetapi dibalik rasa manis itu justru kerusakan lah yang timbul. Pikiran tidak fokus, menjadi mabuk dan jika sudah mabuk apapun bisa saja terjadi.
Orang yang cerdas ialah orang yang berpikir jauh kedepan. Orang yang cerdas dapat dilihat dari caranya mengambil sebuah keputusan, berorientasi pendek atau jangka panjang. Sebab sesuatu yang sifatnya pendek itu tentu memiliki kemanfaatan yang singkat tetapi sebaliknya jika orientasinya jauh ke depan maka nilai kemanfaatannya lebih lama juga.
Penutup
Berqurban pada hakikatnya mudah dan sederhana. Tetapi dibalik kesederhanaan dan kemudahan tersebut ada sebuah nilai yang memiliki makna yang cukup dalam. Berkurban merupakan sebuah ibadah yang memiliki keterkaitan antara ibadah yang sebelumnya. Masih ingat dengan bulan Rajab, Syaban, Ramadhan, Syawal dan Dzul Qo’dah. Kelima bulan ini berkaitan erat dengan bulan Dzulhijah.
Isi dari keenam bulan ini bermakna sebuah penyucian, pengorbanan, penghapusan sifat-sifat hewaniyah yang terdapat dalam tubuh manusia. Dengan adanya bulan ini manusia ‘dipaksa’ untuk bisa keluar dari sifat-sifat yang buruk dan berubah menjadi manusia yang seutuhnya.
Untuk itulah pengorbanan ‘kemanusiaan’ yang sesungguhnya telah diuji. Jika ia mengaku benar sebagai manusia maka akan sadar diri, bahwa selama ini dirinya telah menjadi seekor hewan yang hanya memikirkan perut dan dibawah perut. Orientasinya hanya untuk dunia semata, bukan untuk kehidupan akhirat yang lebih abadi. Allahu’alam []
Tidak ada komentar: