Slider

Kilas Berita

Catatan Kami

REFLEKSI

pojok asatidz

Pojok Santri

pojok alumni

Dokumentasi / Foto - Foto

» » Menuai Hikmah Dari Banjir Saba

Di musim penghujan ini warga di kota Jakarta dan beberapa daerah lainnya disibukkan dengan urusan banjir yang telah menenggelamkan rumah, jalanan, harta benda dan mengganggu aktifitas, tidak hanya rumah penduduk bahkan industri-indutri pun menanggung banyak kerugian karena berbagai aspek banyak yang terkendala akibat banjir. 

Meskipun demikian peristiwa ini sudah dianggap tradisi tahunan yang melanda ibu kota dan daerah lainnya karena sulit dicarikan solusinya.

Banjir di dalam Al-Qur`an
Sekurangnya ada dua banjir dahsyat yang dijelaskan di dalam Al-Qur`an yang telah melanda umat-umat terdahulu, pertama, banjir yang melanda umat Nabi Nuh ‘alaihis salam, banjir besar ini menurut keterangan Al-Qur`an diakibatkan karena keengganan mentaati Rasulnya, mereka lebih senang mengikuti hawa nafsu dan menjadikan sekutu bagi Allah SWT dengan menyembah berhala-berhala.

Kedua, banjir yang telah melanda negri Saba, sebuah negri yang ada di bagian selatan Arabia (sekarang bagian dari Yaman), menurut Al-Qur`an, negri ini telah mendapatkan anugrah yang begitu besar yakni kebun-kebun yang ada di sebelah kanan dan kiri mereka, pada awalnya negri ini adalah negri yang ideal karena Al-Qur`an menyebutnya sebagai “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafûr” artinya negri yang sejahtera dan diampuni Tuhan, namun kemudian mereka berpaling dari perintah Allah, sehingga mereka dihukum dengan bencana banjir besar (sail al-‘arîm) yang menghancurkan sendi-sendi kebudayaan dan kesejateraan mereka, bahkan sampai saat ini negri ini tidak pernah terdengar kembali, Allah berfirman :

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".(15) tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr” (16) (Sab : 15-16)

Kehebatan negri Saba dan kemakmurannya, ditandai dengan keberhasilan mereka membangun bendungan besar yang bernama Ma’arib, menurut para peneliti sejarah ketinggian bendungan ini mencapai 16 meter, lebar 60 meter dengan panjang 620 meter. Melalui teknologi bendungan inilah mereka mengaliri tanah-tanahnya sehingga menjadi tanah yang subur dan menghasilkan banyak buah-buahan sehingga rakyatnya menjadi sejahtera.  Menurut para peneliti juga bahwa berdasarkan perhitungan, total wilayah yang dapat diari oleh bendungan ini adalah 9.600 hektar, dengan 5.300 hektar termasuk dataran bagian selatan bendungan dan sisanya termasuk dataran sebelah barat seluas 4.300 hektar.

 Tidak hanya teknologi bendungan yang mereka kuasai, menurut keterangan sebagin tafsir bahwa negri ini mendapat keberkahan sehingga disana tidak ada lalat, nyamuk, kutu serta hama-hama lainnya yang mengganggu, hal ini karena seimbangnya kadar udara di negri Saba pada saat itu. (Ibnu Katsir V. 6, h. 507)

Negri Saba dan Indonesia
Negri kita memiliki kemiripan dengan negri Saba, hutan-hutan dan sumber daya alam yang ada di Nusantara ini tidak kalah hebatnya dengan yang diberikan kepada negri Saba, selain itu sudah semenjak lama sekali tokoh-tokoh di negri kita berharap dan mencita-citakan bahwa negri kita kelak menjadi negri yang ideal “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafûr”, sebagaimana negri Saba sebelum mereka berpaling dari perintah Allah dan peringatan para Rasul yang diutus kepada mereka.

Namun layaknya panggang yang jauh dari api, justeru tanda-tanda yang kita lihat adalah keberpalingan dari perintah Allah dan syari’atnya yang semakin tumbuh di negri kita, artinya jika terus saja negri ini berpaling dari syari’at Allah, bukan baldah thayyibah (negri yang makmur) apalagi rabbun ghafur (diampuni Tuhan) yang kita dapatkan, tapi bencana demi bencana yang sedikit demi sedikit menimpa negri ini, tidak hanya orang-orang yang melakukan maksiat namun orang – orang shalih pun akan turut tertimpa, Allah berfirman :

Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya”. (al-Anfal : 25)

Bendungan Ma`arib dan Tanggul Latuharhary
Banjir yang melanda negri Saba diakibatkan kekufuran mereka kepada Allah, menyekutukannya, tidak bersyukur dan menentang para Rasul Allah, kemudian Allah memberi hukuman bagi mereka, teknologi bendungan Maa`rib yang mereka banggakan akhirnya menjadi malapetaka bagi mereka, menurut penjelasan sebagian tafsir bahwa Allah mengutus hewan “Juradz” (sejenis tikus besar) untuk melubangi dan merusak bendungan besar ini (Ibnu Katsir V. 6/507), sehingga menyebabkan banjir besar yang menghancurkan negri Saba ini.

Terkait banjir besar yang menimpa Jakarta di awal tahun 2013 ini, memang tidak bisa dilepaskan dari pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan, namun juga kemaksiatan adalah faktor utama yang mengundangnya, banjir yang menimpa silang Monas sampai Bundaran Hotel Indonesia (HI) adalah sebagai contoh, lokasi yang tidak pernah terkena banjir ini, bahkan pada banjir tahun ini menelan korban jiwa karena jebolnya tanggul Latuharhary, apa maksiat yang mengundangnya?

Tentu amat banyak jika kita menghitungnya, antara lain kita mengingat pesta rakyat Jakarta pada malam tahun baru di lokasi ini, sebagai umat Islam kita tidak layak merayakannya, karena mengandung unsur kesyirikan dan menyerupai orang kafir, apalagi acara tersebut penuh dengan kemaksiatan, buka-buka aurat, campur baur laki-laki dan perempuan, dan berapa banyak yang meninggalkan shalat Subuh karena lelah merayakan tahun baru ini? dan lain-lain.

Demikian sedikit hikmah yang dapat kita petik dari peristiwa banjir di negri Saba dan banjir yang baru-baru ini menimpa kota Jakarta, marilah kita intropeksi diri dan bertaubat kepada Allah seraya kita bersama-sama memperbaiki kesalahan pembangunan dan kebiasan buruk kita membuah sampah sembarangan, yang menjadi sebab banjir tahunan yang menimpa kota kita ini. Wallahu A’lam []

Ustadz. Aan Abdurrahman 

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar: