Slider

Kilas Berita

Catatan Kami

REFLEKSI

pojok asatidz

Pojok Santri

pojok alumni

Dokumentasi / Foto - Foto

» » Kiprah Alumni Bagi Pesantren

Bertempat di Pondok Pesantren Modern Daar Et-Taqwa, Cigodeg, Petir  - Serang. (Selasa, 14/08/13). Untuk yang kesekian kalinya para alumni mengadakan halal bil halal. Acara yang diselenggarakan dengan tema alumni dulu, saat ini dan selamanya mengangkat isu terkait permasalahan yang dialami oleh alumni dartaq, dan mencari solusinya serta bagaimana merumuskan agar seluruh angkatan untuk bisa hadir  semuanya.

Kyai Ustad. Asja Rifai’ selaku Mudir al-Ma’had menyampaikan pentingnya silaturahmi ini guna mempererat tali silaturahim dan ajang tukar informasi. Tak hanya itu beliau juga menyampaikan dengan diselenggarakannya acara ini, ada sunah nabi yang dijalankan, bahkan buah dari sunah nabi ini ialah rizqi akan ditambah dan diluaskan, pungkasnya.

Senada dengan ust. Kodir Jaelani, beliau menyampaikan betapa pentingnya peran acara ini. Event, seperti ini harus dibudayakan, meskipun saat ini saya di Gorontalo, bukan berarti saya vakum dengan semua kegiatan alumni, paparnya.

Bahkan lebih dalam beliau menyampaikan bahwa kondisi alumni Daar Et-Taqwa diibaratkan seperti permainan sepak bola. Ada pemain, penonton, dan penjual merchandise sepak bola.

Alumni yang menjadi pemain ialah yang saat ini mengabdi untuk pesantren dan mengajar di dalamnya, mereka saat ini menjadi asatidz dan ustadzah. Sedangkan penonton perannya hanya menyoraki dan memberikan semangat. Sebesar apapun penontonnya, penonton hanyalah penonton, jadi tidak bisa menciptakan goal.

Menurut Ust. Kodir, penonton sepak bola dibagi menjadi dua bagian. Ada yang mengharumkan, ada juga yang merusak. Adapun yang membuat kerusakan, kerusuhan dan lain sebagai nya, jelas supporter yang tidak patut ditiru. Tapi supporter yang mengharumkan dan tertib aturan, itulah yang harus ditiru. Ketika tim yang dibela kalah, mereka tetap lapang dada menerima kekalahannya. Suporter yang baik ialah suporter yang tetap menjaga nama baik tim yang dibela nya, bukan malah sebaliknya.

Type yang terakhir, yaitu penjual marchandise sepak bola. Mereka menjual aksesoris, celana, baju, gantungan kunci dan lain sebaginya tetapi keuntungannya hanya untuk mereka sendiri. Bukan untuk klub sepak bola yang bersangkutan. Dalam artian, banyak alumni yang hanya menjual nama pesantren tetapi hanya untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Inilah yang paling berbahaya, dan harus diwaspadai.

Untuk itu mari kita cek dan tanya kepada diri sendiri, di manakah posisi kita saat ini. Sebagai pemainkah, penontonkah, atau hanya penjual merchandise??... Semoga kita terbebas dari penonton yang anarkis dan penjual merchandise. Tapi kita adalah pemain dan sekaligus penonton yang memberikan support dan menjaga baik nama klub yang kita bela. (Zah/)


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar: