“Kamu adalah umat yang terbaik yang di lahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.....”(Qs. Ali-Imran : 110 )
Muhamad Abdul Qodir dalam bukunya Amar Ma’ruf Nahi Munkar mengatakan bahwamakna Ma’ruf menurut timbangan syariat islam adalah setiap Itqad (keyakinan) ‘Amal (perbuatan), Qowl (perkataan) atau isyarat yang telah diakui oeh Al-Syar’i yang maha bijaksana dan diperintahkan sebagai bentuk kewajiban (Wujub) maupun dorongan (Nadb). Jadi ma’ruf, disini berarti Al-khyar (kebaikan). Oleh karena itu, Amar Ma’ruf berarti perintah atau dorongan untu menjalankan perkara-perkara yang Ma’ruf (kebaikan ) yang dituntut atau didorong oleh ‘Aqidah dan syariat islam. Sebaliknya, yang dinamakan dengan munkar menurut timbangannya syariat islam adalah setiap ‘Itiqad (keyakinan/keimanan) perbuatan (‘Amal), ucapan (Qoul) yang diingkari oleh Al-syari yang maha bijaksan dan harus dijuhi.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang di lahirkan untuk manusia,” Al-kalabi telah mengatakan bahwa makna ayat ini mengandung keterangan yang menyebutkan tentang keadaan umat dalam hal keutamaannya, diatas umat-umat yang lain. Di dalamnya terkandung dalil yang menunjukan bahwa islam secara mutlak adalah umat yang paling baik. Kebaikan ini dimiliki secara merata diantara generasi pertama dari umat ini hingga generasi terakhirnya, bila di bandingkan dengan umat-umat yang lain, meskipun diantara sesamanya terdapat perbedaan, dalam hal keutamaan, sebagaimana dalam dalil yang menunjukan keutamaan para sahabat di atas golongan yang lain. Pengertian ukhrijat yang berarti di lahirkan untuk manusia guna memberi manfaat dan maslahat kepada mereka dan semua generasinya, sehingga umat ini berbeda dan di kenal oleh umat lainnya.
Firman Allah swt yang selanjutnya yang menyebutkan “ menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” Merupakan kalimat baru yang mengandung penjelasan tentang ciri khas yang membuat mereka menjadi umat yang terbaik, selama mereka berpegang teguh dan memelihara ciri khasnya tersebut. Namun, apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar-nya, maka akan lenyaplah predikat itu dari mereka. Dan Allah menjadikan mereka sebaik-baik umat bagi manusia karena mereka selalu memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran, dan mereka memerangi orang-orang kafir agar masuk islam, sehingga keberadaan mereka di rasakan manfaatnya oleh selain mereka. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw : “ Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”Adapun menurut riwayat Ibnu Abbas ra. dan sejumlah Tabi’in adalah umat yang paling baik dan paling berguna bagi umat lainnya. Oleh karena itu, Allah berfirman “ kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.”
Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, Dia berkata “seseorang bangkit dan menuju nabi ketika di mimbar, lalu bertanya ‘ ya Rasulullah siapakah manusia yang paling baik ? beliau bersabda : ‘manusia yang paling baik adalah yang paling tenang, paling bertaqwa, paling giat menyuruh kepada yang ma’ruf, paling gencar melarang kemunkaran dan paling rajin bersilaturahmi.’ Taghyir almukar (mengubah kemunkaran) adalah kewajiban atas setiap muslim. Hanya saja caranya telah ditentukan oleh rasulullah. Beliau bersabda :”Siapa saja daintara kalian melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangan, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisan, jika tidak mampu maka cukup membencinya dengan hati karena itu adalah selemah-lemahnya iman. ”(HR. Muslim)
Hadis itu terkait dengan sifat-sifat seseorang tetkala mengubah kemunkaran. Orang yang hendak mengubahnya dengan berbagai cara yang dapat melenyapkan emunkran tersebut, baik melalui perbuatan (tangan). Jika seseorang memiliki dugaaan kuat (yakni jika di ubah dengan tangan akam muncul kemunkaran yang yang lebih besar lagi, seperti menyebabkan resiko akan dibunuh atau onrang lain akan terbunuh karena perbuatannya) cukuplah mengubah kemunkaran itu dengan lisan, diberi nasihat dan peringatan. Jika a merasa khawatir bahwa ucapanya itu bisa beraakibat pada resiko yang sama. cukuplah diingkari dengan hati. Itulah yang dimaksud hadis tersebut. (an-nawawi, syarh shahih muslim).
Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa mengubah kemunkaran dengan tangan atau kekuatan adalah tugas mereka yang memiliki kekuasaan, Sedangkan merubah kemunkaran dengan lisan adalah tugasnya para ulama, adapun dengan hati adalah reaksi dari kalangan awam atau orang yang hanya bisa mendoakan agar kemunkaran itu enyah dari hadapannya. Ulama yang lain ada yang mengatakan setiap yang mampu melakukannya atau memiliki kekuasaan untuk mencegahnya maka sudah menjadi keharusan baginya untuk mengubah kemunkaran itu sesuai dengan kemampuan dirinya.
Hudzaifah ra. Telah mengatakan bahwa kelak di akhir zaman akan datang kepada manusia suatu zaman yang di dalamnya mereka lebih suka bila bersama dengan bangkai keledai daripada seorang mu’min yang memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran. Musa as. Berkata “ Wahai Rabbku, apakah balasan yang mengajak saudaranya untuk mengerjakan kebaijkan dan mencegahnya melakukan kemunkaran ?” Allah berfirman, “aku akan mencatatkan baginya untuk setiap kalimat yang di ucapkannya sama dengan pahala ibadah satu tahun dan aku malu bila mengazabnya dengan neraka ku.”
Dalam sebuah hadis Qudsi di sebutkan bahwa Allah swt telah berfirman “ Hai anak Adam, janganlah kamu termasuk orang yang menangguh-nangguhkan taubatnya dan berangan-angan panjang, sehingga pulang ke akhirat tanpa membawa suatu amal apapun.” Ucapan yang di keluarkannya bagaikan ahli ibadah namun sepakterjangnya sama dengan orang munafik, jika di beri merasa kurang puas, jika tidak di beri tidak sabar untuk segera menerima. Berpura-pura menyukai orang-orang saleh, padahal ia bukan termasuk golongan mereka dan berpura-pura membenci orang-orang munafik, padahal ia termasuk salah seorang dari mereka. Suka memerintahkan kepada kebaikan namun ia sendiri tidak pernah melakukannya, dan melarang perbuatan yang buruk padahal ia sendiri tidak pernah berhenti melakukannya. Naudzubillahi min dzalik....
Diriwayatkan melalui sahabat rasul ‘Ali karramallahu wajhah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, “ kelak di akhir zaman akan datang suatu kaum yang usia mereka masih muda-muda, wawasan pengetahuan mereka tentang agama dangkal, mereka suka mengeluarkan kalam sebaik-baik makhluk, namun hanya di mulut saja tidak sampai masuk kedalam hatinya, mereka keluar dari agama secepat anak panah menembus sasarannya. Rasulullah sewaktu di isr’akan oleh Allah swt ke langit, beliau melihat sejumlah kaum laki-laki yang lidah mereka di potong dengan gunting api, lalu beliau bertanya kepada Jibril. ‘Hai Jibril, siapakah mereka?” ‘Jibril menjawab, ‘mereka adalah tukang ceramah dari kaummu yang suka memerintahkan kebaikan kepada orang lain, sedangkan mereka sendiri melalaikannya.
Allah menegur keras sikap mereka yang demikian itu, sebagaimana firmannya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al-kitab (taurat) maka tidakkah kamu berpikir? (Qs. Albaqarah : 44). Di ayat yang lain allah juga telah menegaskan “ wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? amat besar kebencian disisi allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (Qs. Al-shaff : 2-4). Ayat ini menunjukan kosistensi antara ucapan dan perbuatan dalam kehdupan sehari-hari. Banyak orang yang paham tentang agama tapi sifat dan tingkah lkunya tidak berbeda jauh dengan binatang, tidakah kita berpikir?
Sahabat Rasulullah yang bernama Anas ra. Telah bertanya kepada rasul, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerintahkan kepada kebaikan agar kami dapat mengerjakan semuanya, dan bolehkah kami mencegah kemunkaran agar kami agar menghindari semuanya?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan perintahkanlah kepada kebaikan, meskipun kamu masih belum mengamalkan keseluruhannya dan cegahlah kemunkaran meskipun kamu masih belum dapat menghindari seluruhnya.” Hal ini lain halnya dengan para penceramah yang memotong lidah mereka sendiri lantaran mereka menyuruh tapi mereka sendiri tidak pernah mengerjakannya (ta’mur wala ta’mal).
Jadi, sudah seharusnya tugas amar ma’ruf nahi munkar ini adalah tugas bagi kita semua selaku muslim yang bertaqwa kepada Allah swt, Rasulullah saw telah bersabda : Tidaklah suatu kaum itu melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan di kalangan mereka terdapat orang yang mampu mencegahnya dari mereka namun ia tidak melaksanakannya, melainkan Allah meratakan siksa dariNYA kepada mereka. (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu pantaslah bila kita sering mendapatkan teguran-teguran dari Allah, mulai dari Tsunami, Lumpur lapindo, Gunung meletus dan sebagainya, mungkin entah musibah apalagi yang akan menimpa negri kita. Ini tak lain adalah sebuah peringatan bahwa sesungguhnya kemunkaran itu telah tejadi di mana-mana tapi, tak pernah ada yang menyuruh kepada yang ma’ruf. Allah telah mengingatkan kepada kita melalui bencana alam, mari bersama-sama bertafakur dan bertaubat atas kelalaian yang pernah kita lakukan, agar semua siksa yang Allah ratakan tidak terjadi lagi. Marilah kita sama-sama kembali ke jalan Allah swt dengan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dengan menanamkan kesabaran dalam diri serta percaya dengan adanya pahala dari Allah swt, karena sesungguhnya barang siapa yang percaya dengan adanya pahala dari Allah, niscaya tidak akan merasakan gangguan menyakitkan yang menimpa diri kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang bertaqwa dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Wallahu’alam bisawab..!
“Kamu adalah umat yang terbaik yang di lahirkan untuk manusia,” Al-kalabi telah mengatakan bahwa makna ayat ini mengandung keterangan yang menyebutkan tentang keadaan umat dalam hal keutamaannya, diatas umat-umat yang lain. Di dalamnya terkandung dalil yang menunjukan bahwa islam secara mutlak adalah umat yang paling baik. Kebaikan ini dimiliki secara merata diantara generasi pertama dari umat ini hingga generasi terakhirnya, bila di bandingkan dengan umat-umat yang lain, meskipun diantara sesamanya terdapat perbedaan, dalam hal keutamaan, sebagaimana dalam dalil yang menunjukan keutamaan para sahabat di atas golongan yang lain. Pengertian ukhrijat yang berarti di lahirkan untuk manusia guna memberi manfaat dan maslahat kepada mereka dan semua generasinya, sehingga umat ini berbeda dan di kenal oleh umat lainnya.
Firman Allah swt yang selanjutnya yang menyebutkan “ menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” Merupakan kalimat baru yang mengandung penjelasan tentang ciri khas yang membuat mereka menjadi umat yang terbaik, selama mereka berpegang teguh dan memelihara ciri khasnya tersebut. Namun, apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar-nya, maka akan lenyaplah predikat itu dari mereka. Dan Allah menjadikan mereka sebaik-baik umat bagi manusia karena mereka selalu memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran, dan mereka memerangi orang-orang kafir agar masuk islam, sehingga keberadaan mereka di rasakan manfaatnya oleh selain mereka. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw : “ Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”Adapun menurut riwayat Ibnu Abbas ra. dan sejumlah Tabi’in adalah umat yang paling baik dan paling berguna bagi umat lainnya. Oleh karena itu, Allah berfirman “ kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.”
Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, Dia berkata “seseorang bangkit dan menuju nabi ketika di mimbar, lalu bertanya ‘ ya Rasulullah siapakah manusia yang paling baik ? beliau bersabda : ‘manusia yang paling baik adalah yang paling tenang, paling bertaqwa, paling giat menyuruh kepada yang ma’ruf, paling gencar melarang kemunkaran dan paling rajin bersilaturahmi.’ Taghyir almukar (mengubah kemunkaran) adalah kewajiban atas setiap muslim. Hanya saja caranya telah ditentukan oleh rasulullah. Beliau bersabda :”Siapa saja daintara kalian melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangan, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisan, jika tidak mampu maka cukup membencinya dengan hati karena itu adalah selemah-lemahnya iman. ”(HR. Muslim)
Hadis itu terkait dengan sifat-sifat seseorang tetkala mengubah kemunkaran. Orang yang hendak mengubahnya dengan berbagai cara yang dapat melenyapkan emunkran tersebut, baik melalui perbuatan (tangan). Jika seseorang memiliki dugaaan kuat (yakni jika di ubah dengan tangan akam muncul kemunkaran yang yang lebih besar lagi, seperti menyebabkan resiko akan dibunuh atau onrang lain akan terbunuh karena perbuatannya) cukuplah mengubah kemunkaran itu dengan lisan, diberi nasihat dan peringatan. Jika a merasa khawatir bahwa ucapanya itu bisa beraakibat pada resiko yang sama. cukuplah diingkari dengan hati. Itulah yang dimaksud hadis tersebut. (an-nawawi, syarh shahih muslim).
Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa mengubah kemunkaran dengan tangan atau kekuatan adalah tugas mereka yang memiliki kekuasaan, Sedangkan merubah kemunkaran dengan lisan adalah tugasnya para ulama, adapun dengan hati adalah reaksi dari kalangan awam atau orang yang hanya bisa mendoakan agar kemunkaran itu enyah dari hadapannya. Ulama yang lain ada yang mengatakan setiap yang mampu melakukannya atau memiliki kekuasaan untuk mencegahnya maka sudah menjadi keharusan baginya untuk mengubah kemunkaran itu sesuai dengan kemampuan dirinya.
Hudzaifah ra. Telah mengatakan bahwa kelak di akhir zaman akan datang kepada manusia suatu zaman yang di dalamnya mereka lebih suka bila bersama dengan bangkai keledai daripada seorang mu’min yang memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran. Musa as. Berkata “ Wahai Rabbku, apakah balasan yang mengajak saudaranya untuk mengerjakan kebaijkan dan mencegahnya melakukan kemunkaran ?” Allah berfirman, “aku akan mencatatkan baginya untuk setiap kalimat yang di ucapkannya sama dengan pahala ibadah satu tahun dan aku malu bila mengazabnya dengan neraka ku.”
Dalam sebuah hadis Qudsi di sebutkan bahwa Allah swt telah berfirman “ Hai anak Adam, janganlah kamu termasuk orang yang menangguh-nangguhkan taubatnya dan berangan-angan panjang, sehingga pulang ke akhirat tanpa membawa suatu amal apapun.” Ucapan yang di keluarkannya bagaikan ahli ibadah namun sepakterjangnya sama dengan orang munafik, jika di beri merasa kurang puas, jika tidak di beri tidak sabar untuk segera menerima. Berpura-pura menyukai orang-orang saleh, padahal ia bukan termasuk golongan mereka dan berpura-pura membenci orang-orang munafik, padahal ia termasuk salah seorang dari mereka. Suka memerintahkan kepada kebaikan namun ia sendiri tidak pernah melakukannya, dan melarang perbuatan yang buruk padahal ia sendiri tidak pernah berhenti melakukannya. Naudzubillahi min dzalik....
Diriwayatkan melalui sahabat rasul ‘Ali karramallahu wajhah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, “ kelak di akhir zaman akan datang suatu kaum yang usia mereka masih muda-muda, wawasan pengetahuan mereka tentang agama dangkal, mereka suka mengeluarkan kalam sebaik-baik makhluk, namun hanya di mulut saja tidak sampai masuk kedalam hatinya, mereka keluar dari agama secepat anak panah menembus sasarannya. Rasulullah sewaktu di isr’akan oleh Allah swt ke langit, beliau melihat sejumlah kaum laki-laki yang lidah mereka di potong dengan gunting api, lalu beliau bertanya kepada Jibril. ‘Hai Jibril, siapakah mereka?” ‘Jibril menjawab, ‘mereka adalah tukang ceramah dari kaummu yang suka memerintahkan kebaikan kepada orang lain, sedangkan mereka sendiri melalaikannya.
Allah menegur keras sikap mereka yang demikian itu, sebagaimana firmannya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al-kitab (taurat) maka tidakkah kamu berpikir? (Qs. Albaqarah : 44). Di ayat yang lain allah juga telah menegaskan “ wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? amat besar kebencian disisi allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (Qs. Al-shaff : 2-4). Ayat ini menunjukan kosistensi antara ucapan dan perbuatan dalam kehdupan sehari-hari. Banyak orang yang paham tentang agama tapi sifat dan tingkah lkunya tidak berbeda jauh dengan binatang, tidakah kita berpikir?
Sahabat Rasulullah yang bernama Anas ra. Telah bertanya kepada rasul, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerintahkan kepada kebaikan agar kami dapat mengerjakan semuanya, dan bolehkah kami mencegah kemunkaran agar kami agar menghindari semuanya?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan perintahkanlah kepada kebaikan, meskipun kamu masih belum mengamalkan keseluruhannya dan cegahlah kemunkaran meskipun kamu masih belum dapat menghindari seluruhnya.” Hal ini lain halnya dengan para penceramah yang memotong lidah mereka sendiri lantaran mereka menyuruh tapi mereka sendiri tidak pernah mengerjakannya (ta’mur wala ta’mal).
Jadi, sudah seharusnya tugas amar ma’ruf nahi munkar ini adalah tugas bagi kita semua selaku muslim yang bertaqwa kepada Allah swt, Rasulullah saw telah bersabda : Tidaklah suatu kaum itu melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan di kalangan mereka terdapat orang yang mampu mencegahnya dari mereka namun ia tidak melaksanakannya, melainkan Allah meratakan siksa dariNYA kepada mereka. (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu pantaslah bila kita sering mendapatkan teguran-teguran dari Allah, mulai dari Tsunami, Lumpur lapindo, Gunung meletus dan sebagainya, mungkin entah musibah apalagi yang akan menimpa negri kita. Ini tak lain adalah sebuah peringatan bahwa sesungguhnya kemunkaran itu telah tejadi di mana-mana tapi, tak pernah ada yang menyuruh kepada yang ma’ruf. Allah telah mengingatkan kepada kita melalui bencana alam, mari bersama-sama bertafakur dan bertaubat atas kelalaian yang pernah kita lakukan, agar semua siksa yang Allah ratakan tidak terjadi lagi. Marilah kita sama-sama kembali ke jalan Allah swt dengan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dengan menanamkan kesabaran dalam diri serta percaya dengan adanya pahala dari Allah swt, karena sesungguhnya barang siapa yang percaya dengan adanya pahala dari Allah, niscaya tidak akan merasakan gangguan menyakitkan yang menimpa diri kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang bertaqwa dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Wallahu’alam bisawab..!
Amir Hamzah
Mahasiswa FIAI UII, Prodi PAI
Yogyakarta 2009
Tidak ada komentar: